Minggu, 17 November 2013

matorun




Aku membutuhkan mu..

Sungguh hujan sangat enggan turun, mungkin karena cuaca yang tidak mendukung. Situasi ini menyebabkan kami sebagai penghuni ranah indah nan damai, selalu berbondong-bondong membawa seperangkat alat mandi dan cuci.
Tak peduli apakah itu harus angkut air dari sana sini, maupun pergi ke danau, yang paling penting kami bisa membersihkan diri dan pakaian. Tak terbayang, jika
kami tidak mandi dalam waktu dua hari, tidak mandi satu haripun kami sudah kewalahan mengibas-ngibas diri berkali-kali.
Keringat yang bercucuran setiap harinya, membuat kami sering sekali mengganti pakaian. Sampai akhirnya, cucian yang tadinya kami awetkan agar tidak bertambah, menjadi gunung yang tak ada seorangpun ingin mendakinya. Matahari yang menyorot tajam, membuat kami selalu mengernyitkan dahi dan menyipitkan mata setiap hari, kami jadi seperti orang china untuk sementara waktu.
Sampai pada akhirnya, kami dan masyarakat yang tinggal disekitar wilayah ranah indah menyadari, dan memutuskan untuk meminta kepada sang pemberi hujan agar segera menurunkan satu persatu rintikan air secara bersamaan.
Kami menggelar sejadah diatas hamparan tanah yang biasa kami sebut tanah wakaf, menundukan kepala bersama,memohon ampun, mungkin karena sifat kami sebagai manusia yang sombong, atau hal tercela lainnya, menyebabkan hujan takut untuk turun.  Walau terik matahari yang sangat menyengat, keringat yang mengalir deras, kami tetap khidmat menjalankan shalat istisqa bersama ini.
Sebelumnya, aku sendiripun baru pertama kalinya melaksanakan shalat istisqa ini, karena didaerahku tidak beriklim panas seperti ini, suhunya dingin, dan tidak sering kehabisan air.
Dalam kurun waktu 1 minggu lebih beberapa hari, satu pesatu tetesan air turun dengan cepat dan bertaburan dengan butiran butiran yang berukuran cukup besar untuk seukuran tetesan air hujan. Kami bersorak dan tak lupa memajatkan puji dan syukur kepada sang pemilik alam ini. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar